Terlahir sebagai suku jawa di Tanah Deli, tentu mempengaruhi cara berpikir, psikologis, bahasa dan prilaku. Dari sisi bahasa jawa sendiri, baru dipelajari setelah kuliah di bumi parahyangan, termasuk belajar bahasa sunda walaupun hanya bisa menggunakan bahasa sehari-hari. Dibesarkan Sudah tentu jauh dari filosofis jawa.
Berkaitan dengan filosifis jawa, saya memiliki sedikit kenangan ketika berhasil menemui keluarga besar di Jawa tepatnya purworedjo yang terpisah ketika sang kakek dulu merantau ke Tanah Sumatera. Saat selesai ziarah, diberikan sebuah amalan tentang Kakang Kawah Adi Ari-ari. Mendapatkan hal ini tentu menjadi tanda tanya besar dan lembaran tulisannya hanya menjadi penghias dompet dan sekali-kali dibaca. Hingga saat pulang ke Sumatera di sarankan Ibu untuk puasa weton (puasa setiap hari lahir) untuk memperingati hari kelahiran.
Kemarin saat pesta, sambil cerita-cerita tentang pembuatan buku terbuka cerita tentang Kakang Kawah Adi Ari-ari. Hasil gerilya melalui google, ternyata makna Kakang Kawah Adi Ari-ari adalah empat sedulur pancer limo yang artinya adalah diri kita sendiri beserta seluruh yang melekat sejak kita dalam kandungan yang diyakini mengikuti kita hingga akhir hayat.
Menurut sirnaraga empat sedulur pancer limo yaitu :
- Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu, tempatnya di timur warnanya putih.
- Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di barat warnanya kuning.
- Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan warnanya merah
- Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
- Sedangkan yang ke lima adalah diri kita sendiri
Dengan bahasa yang lebih psikologis Agung Webe mengatakan bahwa
Yang pertama adalah kakang kawah (air ketuban),
Ini adalah ‘pasemon’ atau penggambaran dari sifat dasar bumi, atau insting dasar manusia. Ada sifat ingin makan, minum, seks, pencapaian kenyamanan dan keinginan manusia. Ego State Kakang Kawah adalah bagian yang mewakili sifat-sifat dasar manusia.
Yang kedua adalah adi ari-ari (plasenta),
Ini adalah ‘pasemon’ atau penggambaran dari sifat keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak, dan lainnya. Nafsu ini selaras dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat dari udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu ada (ruang kosong).
Yang ketiga adalah getih (darah) ,
Ini adalah ‘pasemon’ atau penggambaran dari sifat keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, emosi, ambisi, pencapaian keinginan. Ingin kaya, berlimpah, dan mendapatkan materi lebih banyak ada dalam bagian Ego ini.
Yang keempat adalah puser (tali plasenta).
Ini adalah ‘pasemon’ atau penggambaran dari sifat yang mengajak kepada kebaikan. Hal-hal yang menuju kepada kemajuan, kebaikan, manfaat bagi orang lain, dan tidak mementingkan diri sendiri.
Sedangkan yang kelima pancernya adalah diri manusianya
Sedangkan yang kelima pancernya adalah diri manusianya
sedangkan bila kita bawa ke agama islam Sirnaraga mengatakan lebih lanjut bahwa hal ini berkaitan dengan Keempat penjaga (malaikat) pejaga tubuh kita sebagai manusia yaitu adalah:
JIBRIL (Penerus informasi Tuhan untuk kita),
IZRAFIL (Pembaca Buku Rencana Tuhan untuk kita),
MIKAIL (Pembagi Rezeki untuk kita) dan
IZRAIL (Penunggu berakhirnya nyawa untuk kita).
Keberadaan Malaikat disekitar kita ada di dalam Al Qur'an Qoff ayat 16-18 yang artinya sebagai berikut
16. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, 17. (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. 18. tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
dan Surat Ar Rad Ayat 11 yang artinya yaitu
11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Keterangan [767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. [768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.
Sambil mempelajari, monggo.. silahkan barangkali jika ada teman-teman yang dapat menambahkan. Mudah-mudahan dengan mempelajari filosofis yang terkandung dalam budaya Indonesia dapat memperjelas indentitas bangsa Indonesia sehingga Sahabat Indonesia Berubah dapat menetukan arah kemana Indonesia mau berubah.
Mohon
BalasHapusYang berhubungan dengan artikel diatas anda dapat berkunjung ke :
BalasHapushttp://trisulaweda939.blogspot.com/
Amien atas kesedaran diri atas infonye
BalasHapus