Anomali Demokrasi Indonesia

Posting Komentar
Anomali Demokrasi Indonesia foto : oriart.wordpress.com

Sahabat Indonesia Berubah yang telah membaca terkait Surat Almaidah 51 dan Fitnahnya yang dilakukan Ahok, tentu memahami bahwa demokrasi dapat keluar jalurnya dengan menghalal berbagai cara. Demokrasi yang seyogyanya menjadikan rakyat sebagai pemegang kedaulatan justeru sebaliknya. Pemilihan, pemilu, pilkada yang seharusnya menjadi pesta rakyat dalam menyuarakan kebebasannya, justeru di belenggu sekat-sekat yang diciptakan penguasa. Belenggu yang kasat mata melalui pemberian dan program yang semu, lipservis dipadukan dengan pembentukan opini melalui media. Inilah yang kita sebut anomali demokrasi, yakni demokrasi yang dapat dimanipulasi.

Demokrasi yang kita agungkan ternyata menghasilkan para pemimpin yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan golongannya. Pemimpin yang hadir justeru lebih mengabdi pada pemilik modal dari pada rakyatnya sendiri. Pemimpin yang hadir justeru lebih mengutamakan pencitraan daripada memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Pemimpin yang hadir justeru membodohi rakyatnya daripada memberikan pencerahan. Pemimpin yang hadir justeru lebih menakut-nakuti rakyatnya daripada memberdayakannya. 

Ini tidak lain karena Pemimpin hanya berhitung bahwa ia Cuma perlu dukungan 50%+1. Segala cara bisa dilakukan untuk mendapatkan 50%+1 tersebut. Jangan kaget jika pemimpin yang lahir abai terhadap kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Jangan kaget jika pemimpin yang lahir justeru terdepan dalam pelanggaran hukum dan perundang-undangan. Jangan Kaget jika pemimpin yang lahir justeru mengadu domba rakyatnya sendiri. 

Tidak heran jika suara rakyat dimanipulasi dengan kepentingan materi atau uang. Hal ini semakin mengemuka dalam kehidupan berdemokrasi. Pemilihan kerap diwarnai dengan penggunaan kekuasaan , anggaran negara dan kekuatan publik untuk mempengaruhi suara rakyat. Sehingga yang muncul justeru kekuasaan yang otoriter dalam bungkus demokrasi dan toleransi.

Hal inilah yang diingatkan Al quran melalui surat Al maidah 51 bahwa seorang pemimpin harus mampu berdiri diatas segala kepentingannya rakyatnya. Rakyat mempunyai hak dan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Rakyat pemegang kedaulatan pemerintahan yang sesungguhnya. Hal ini mengingatkan sahabat afdol tentang pemerintahan pada zaman kekhalifahan yang dikenal dengan sistem baiat. 

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari Almaidah 51 bahwa Alquran telah jauh-jauh hari mengingatkan makna demokrasi sesungguhnya. Al Maidah 51 mengingatkan kita tentang kedudukan yang dipimpin dalam kepemimpinan. Almaidah mengingatkan tentang peranan penting rakyat dalam pemerintahan.

Salam Indonesia baru afdol dengan berani berubah untuk Bangkit. Mari Kita mulai dengan Jakarta BANGKIT (berkemBANG dengan Kreatif Inovatif untuk menjadi kota Terbaik). Dengan semangat Jakarte Punye Aye, Jakarta milik Kita Bersama, Bersama berjuang, bersama membangun, bersama menikmati.

Tulisan terkait :
  1.  Dituduh ayat Rasis, Ternyata Al maidah 51 ayat Toleransi 
  2. Anomali Demokrasi Indonesia 
  3. Al maidah 51 Soko Guru Demokrasi Terbaik 
  4. Al Maidah 51 adalah Ayat Keselamatan, Toleransi dan Rahmatan Lil Alamin 
  5. Al Maidah 51 Sejalan dengan Konstitusi UUD 1945 
  6. Baru Tahap hafal, Ahok Berani Tegas fitnah Islam 
  7. Kumpulan Video SARA dan Rasis menjelang Pilkada DKI Jakarta
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar