Anda yang mengikuti pemberitaan seputar mudik 2016, tentu mengetahui kejadian yang belum pernah terjadi dalam sejarah mudik Indonesia. Pemudik meninggal bukan karena kecelakaan sebagai kejadian saban mudik, namun karena terjebak kemacetan. Kemacetan panjang 20 Km lebih telah meregut korban jiwa lebih dari 13 orang. Mulai bayi hingga orang tua lanjut usia menjadi korban tragedi kemacetan hingga puluhan jam di pintu keluar Tol Brebes. Kemacetan di di pintu tol yang dikenal dengan nama Brexit ini menyebabkan jatuh korban jiwa karena keracunan CO2, dehidrasi, kelelahan dan lainnya.
Kemacetan dapat terjadi karena ketidakmampuan jalan untuk menampung penggunanya. Dalam kasus #Mudik2016 terjadi penumpukan kenderaan pada jalur #MudikViaBrexit. Masyarakat pemudik beranggapan jalur tercepat untuk sampai tujuan adalah jalur Tol yang baru diresmikan. Ternyata sekitar pintu keluar TolBrexit tidak mampu menampung membludaknya pemudik.
Namun Jika kita ikuti pemberitaan tentang penyebab kemacetan di Brexit, cukup membingungkan karena begitu banyak alasan yang berbeda. Bahkan beberapa pihak saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab. Dan informasinya pemerintah akan mengevaluasi kejadian #MudikdiBrexit pada rapat tanggal 18 juli 2016. Semoga didapatkan apa yang terjadi sebenarnya sehingga dapat menjadi pembelajaran untuk tahun mendatang.
Begitu juga di Jakarta dan kota-kota lain, kemacetan terus meningkat dan sudah menjadi menu sehari-hari. Namun menjadi aneh jika Kemacetan di Jakarta diklaim sebagai sebuah kesuksesan seorang pemimpin.
Jika kita pahami kebutuhan pengguna transportasi adalah kalkulasi ketepatan waktu sampai di tujuan, keamanan dan kenyamanan dalam perjalanan. Oleh karenanya perlu ada program yang mengatur lalu lintas secara komprehensif. Program yang memberi kejelasan berapa lama waktu tempuh dari keberangkatan hingga tujuan.
Program ini sebenarnya telah disiapkan sebagai salah satu program dan target dalam visi misi menuju pilkada Jakarta 2017 untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Dalam visi misi Jakarta Bangkit, Jakarte Punye Aye, Jakarta Kita Bersama dinyatakan bahwa program ini disebut E-Trans. Namun dalam aplikasinya dapat diterapkan pada kota-kota di Indonesia dan Perjalanan Mudik secara Nasional.
Program E-Trans adalah program yang mensimulasi pengaturan lalu lintas yang dikombinasikan dengan IT secara integrasi dan dinamis. E-Trans dapat melengkapi National Traffic Management Centre (NTMC) Polri untuk membantu memanage sistem transportasi sehingga dapat lebih mudah, lebih murah dan lebih baik. Demikian juga dengan perkembangan ponsel Android tentu program E-Trans dapat dengan mudah diterima masyarakat.
Program ini sekilas mirip dengan google map yang memberikan panduan kepada pengguna jalan. Dimana penguna dapat memilih jalan-jalan atau jalur-jaluir yang akan dilaluinya dengan mempertimbangkan waktu tempuh hingga tempat yang dituju. Namun E-Trans lebih memberikan rincian dan ruang informasi yang lebih komplit. Selain memberikan pertimbangan faktor hambatan perjalanan baik statis maupun dinamis, E-Trans juga membuka ruang komunikasi secara terbuka. Otomatis kondisi lalu lintas disetiap rute/ (anywhere) dari waktu ke waktu (time by time) dapat dipantau oleh siapa saja dan dari mana saja.
E-Trans sebagai solusi kemacetan memberikan pertimbangan kepada
1. Pengguna Jalan dapat memilih alternatif jalur atau perjalanan yang diinginkan sesuai waktu tempuhnya, kepadatan jalan, kondisi perjalanan sehingga
2. Pengatur lalu lintas dapat melihat kemungkinan lebih awal titik-titik yang rawan kepadatan, dan kapan waktu terjadi rawan kepadatan tersebut, sehingga kemacetan dapat diantisipasi.
3. Pemangku kebijakan Transportasi dapat lebih memantau perkembangan transportasi secara komprehensif dan mengambil kebijakan dengan lebih baik.
4. Semua pihak/ masyarakat dapat ikut bertanggung jawab dalam menciptakan perjalanan yang bebas macet, aman dan nyaman.
Semoga model Program E-Trans ini bisa menjadi solusi Masa depan untuk mengatasi kemacetan baik untuk keperluan Mudik Hari Rayaidul fitri, Natal, Tahun baru dan tjap go meh secara nasional. Demikian juga secara lokal dapat dilakukan untuk mengatasi kemacetan di Kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta sebagai Ibukota Negara.
Posting Komentar
Posting Komentar