Dalam tulisan Politik Devide Et Impera Kolonial Belanda telah digambarkan kajian Christian Snouck Hurgronje dalam 3 bidang yaitu politik, ibadah dan sosial kemasyarakatan.Pembagian bidang ini berkembang menjadi teori Respetie yaitu teori untuk membendung dan mematikan pertumbuhan pengaruh hukum Islam.
3 abad lebih sudah teori ini berlalu tidak menjadikannya mati. Teori ini sekan muncul kembali di Indonesia yang sudah 70 Tahun merdeka dan hidup dalam era demokrasi. Aplikasi dari teori Devide Et Impera era pemerintahan kolonial Belanda ini seakan berulang dalam kepemimpinan Ahok di DKI Jakarta.
Melalui perbandingan teori dan sikapnya, kita dapat memperbandingkan antara Christian Snouck Hurgronje dan ahok dalam politik Devide Et Impera
- Bidang Politik -> represif -> kekerasan senjata -> ahok-> lawan -> penggunaan media sebagai sejata ditambah pasukan cybernya. Ahok juga menggunakan kekuatan Polisi dan tentara untuk melegitimasi kekuasaannya.
- Bidang Ibadah Belanda lunak -> pada awalnya keras dan akhirnya melunak dengan dengan memfasilitasi masjid, haji, umrah
- Bidang sosial kemasyarakat -> menggeser budaya dan kebiasaan dengan berkiblat ke singapura. seperti perayaan Tahun baru yang dimeriahkan sementara perayaan hari besar umat islam dikebiri. Umat Islam dihalangi. untuk memecah ini
- Snouck menganjurkan membatasi meluasnya pengaruh ajaran Islam, terutama dalam hukum dan peraturan. sedangkan ahok melakukan dengan fitnah terhadap islam
- Snouck berupaya agar hukum Islam menyesuaikan dengan adat istiadat dan kenyataan politik yang menguasai kehidupan pemeluknya. sedangkan Mendorong kelompok Islam yang dianggap mendukungnya untuk mendegradasi nilai-nilai islam. Salah satunya yang dilakukan oleh Jaringan Islam Liberal melalui pendangkalan ajaran islam.
Oleh karenanya sikap Ahok dapat kita nilai mengikuti kajian Christian Snouck Hurgronje sebagai konseptor Politik Devide Et Impera Kolonial Belanda atau politik adu domba di tubuh umat Islam.
Berita terkait
Berita terkait
Posting Komentar
Posting Komentar