Surat Terbuka kepada Pimred Detikcom

Posting Komentar
Karib Sahabat Indonesia Berubah Surat Terbuka kepada Pimred Detikcom

Pematangsiantar, 21 April 2016


Kepada Yth. 
Bapak Pimpinan Redaksi Media detik.com

Di 
Jakarta

Sifat : terbuka

Perihal : Permohonan klarifikasi berita detik.com tentang "Said Aqil : Mending Pemimpin Non-Muslim tapi Jujur daripada Muslim Tapi Zalim"


Bahwa detik.com hari Sabtu, 16 April 2016 pukul 21:28 WIB  telah memberitakan "Said Aqil : Mending Pemimpin Non-Muslim tapi Jujur daripada Muslim Tapi Zalim". Dimana pemberitaan ini menurut saya terlalu jauh memberikan penafsiran dari wawancara yang dilakukan terhadap Said Aqil Siradj selaku Ketua PBNU. Saya mencatat setidaknya ada 4 penafsiran yang berlebihan yang dilakukan detik.com melalui pemberitaan tersebut. sementara kita mengetahui media pemberitaan juga memiliki kode etik jurnalistik dan diikat dengan UU No 40 tahun 1999 tentang Pers.

Adpun 4 penafsiran yang berlebihan dilakukan oleh detik.com tersebut adalah sebagai berikut 

1. Detik.com menambahkan kata baru yang tidak ada dalam wawancara yakni kata “bersih”. Dimana berita ini dapat dikatakan memang ditujukan mendukung salah satu kandidat yang mempunyai tagline bersih.

2. Detik.com menambahkan kata baru yang tidak ada dalam wawancara yakni kata “Pilkada DKI 2017” yang dipertegas dengan kata bukan. Memang kata bukan disini dapat bermakna ganda yaitu untuk menyatakan bahwa pernyataan said aqil bukan ditujukan sebagai dukungan kepada ahok. atau malah sebaliknya pernyataan said aqil itu justeru untuk menegaskan dukungan kepada ahok. Masih ingat kasus acara empat mata yang dibawakan tukul. Acara ini dihentikan oleh Komisi Penyiaran namun berganti nama menjadi bukanempatmata. Begitu juga pernyataan Said Aqil waktunya yang bertepatan dengan pilkada DKI yang menyita perhatian publik. Dan hanya ahok yang memiliki latar belakang non muslim.

3. Detik.com menambahkan kata baru yang tidak ada dalam wawancara yakni kata “Ia tak ingin di Pilkada nanti, masyarakat salah memilih calon kepala daerah”. Hal ini dapat berarti bahwa pemimpin muslim dalam pilkada disamakan dengan kepemimpinan khadafi yang muslim namun tak memikirkan ke maslahatan rakyatnya.

4. Detik.com menambahkan kata baru yang tidak ada dalam wawancara yakni kata “agar partai politik mulai memberanikan bisa mempraktikan tidak menggunakan politik uang”. Hal ini dapat berarti bahwa detik mencoba menggiring pembaca pada pemahaman bahwa selama ini Partai Politik telah memberi pelajaran politik uang kepada rakyat, dengan pesan tersembunyilah adalah bahwa calon independen atau perseorangan bersih dan tugas menghindari politik uang itu adalah tugas partai politik serta apabila nanti ahok kalah berarti partai politik belum berubah.

Oleh karenanya melalui surat ini saya mempertanyakan apakah penafsiran yang dilakukan detik.com adalah sebagai upaya untuk menggiring opini pembaca sebagaimana disebut dalam 4 poin diatas? 

Hal ini perlu kami klarifikasi karena hal ini dapat merugikan hak saya selaku umat islam, Warga Negara Indonesia, sekaligus status saya sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta 2017. Disamping itu pemberitaan tersebut juga dapat menyebabkan fitnah terhadap islam.

Demikian surat ini disampaikan, atas perhatian dan jawabannya diucapkan terima kasih.


     Hormat saya,










     (Afdoli)



Tembusan disampaikan Kepada Yth :

1. Ketua Dewan Pers di Jakarta
2. Bapak Said Aqil Siradj Ketua PBNU di Jakarta
Bang  Afdoli
Bukan Siapa siapa bisa jadi siapa siapa untuk siapa siapa berbagi untuk kebaikan bersama

Related Posts

Posting Komentar